3 Jul 2013

Short Story


Pilihan telah mengantarkanku untuk melihat dunia. Betapa diluar sana ada banyak hal luar biasa, yang membuatku jauh lebih bersyukur kepada pencipta-Nya.

Pupi, first guide.
Pagi yang mendung disambut dengan hangatnya keluarga Pupi plus suguhan bubur sayur bertabur keju buatan mamahnya. Rasanya yang super sukses membuatku ketiduran dalam keadaan belum mandi.
Terima kasih untuk semuanya ya suhu.

Nurul, super supporter.
Aduh, habis deh kata-kata buat nyampein makasih ke orang yang satu ini. Dia selalu kasih semangat dalam setiap langkah jalanku. Tapi nyatanya aku jarang banget bisa melakukan hal yang sebaliknya. Terima kasih untuk bisa nerima aku apa adanya.

Shima, super guide.
Ada banyak hal yang dia bagi, tentang arti ‘bertahan’. Ditengah program pengiritannya dia rela nemenin pergi cari sarapan. Pokoknya kemana-mana ditemenin deh, bahkan pusing-pusing pulang kantorpun rela nemenin ke stasiun sekaligus keliling kota :D

Vindy, one of room mate.
Nggak nyangka, ternyata room mate yang satu ini satu almamater. Maklum deh kampus dengan mahasiswa bejibun, sama temen satu angkatan aja ada yang nggak kenal. Super care. Dari dia, aku belajar tentang arti berjuang yang sebenar-benarnya.

Mbak Nurul, another room mate.
Bersyukur banget, Allah mengumpulkanku dengan orang sholehah sepertinya. Kadang, di tengah rasa lelah dan rasa berat untuk membaca ‘Tabarok’ sebelum tidur, lantunan suaranya menuntunku untuk mengikuti tanpa harus menyentuh mushaf.

Bu (Mbak) Nanda, another room mate, bed mate, asisten manager quality control
Perpaduan antara tegas dan lugas, khas wanita karier dengan kepribadian kuat. Sempet bikin keki karena harus bertemu dalam suasana informal di kamar (tidurpun sebelahan) dan suasana formal di kantor.
Makasih banyak untuk semangat dan kepercayaannya Mbak Nanda. Semoga aku bisa lebih menghargai diriku sendiri. Oya, makasih buat cicipan indomienya yang super enak.

Pak (Mas) Andi, asisten manager produksi.
Atasan yang secara langsung mensupervisi kerjaanku dikantor. Masih muda banget, jadi kalau diluar kantor panggilan ‘pak’ berubah jadi ‘mas’. Seangkatan sama Bu (Mbak) Nanda. 
Ada yang terasa masih mengganjal sampai sekarang. Bahwa aku sama sekali nggak pernah berniat untuk ‘menjatuhkan’ Mas Andi didepan Pak GM. Aku cuma mengatakan hal jujur biar kedepannya semuanya bisa jadi lebih baik. Jadi, nggak perlu ada permintaan maaf tentang masalah supervisi yang belum bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Makasih banget untuk semua doanya.

Mbak Ninda, another room mate, ADM Produksi 1, ante.
Waktu pertama kali ketemu, kesan pertama yang aku tangkep “aduh jutek banget ya” tapi nggak nyangka aslinya super baik. Dia orang yang support habis-habisan masalah kerjaanku, bahkan rela kerjaannya aku rusuhin buat ngajarin aku bikin grading. Mbak Ninda juga yang nge-puk-puk waktu lagi bener-bener ngerasa down.
Pengalaman paling konyol adalah keliling pasar jumat sampe sebelas kali dan dikatain orang karena nemenin Vindy yang galau cari baju buat kondangan ;D

Teh Fera, ADM Produksi 2
Teteh super duper baik yang ngajarin aku detail banget masalah kerjaan. Makasih banget deh buat teteh buat semuanya.

Teh Entar.
Orang lapangan yang nggak berhenti manggil aku ibu berkali-kali. Orangnya rendah hati banget. Ya ampun, padahal dibanding beliau aku ngerasa nggak ada apa-apanya sama sekali.

Pak Chandra, Asmen Keuangan
Walaupun banyak yang bilang beliau galak tapi aku nggak ngerasa kayak gitu. Ngajarin aja sabar banget. Bahkan karena aku rada nggak denger, sampe 3x beliau ngulang kata-katanya. Wajahnya tetep senyum pula, galak disebelah mananya coba?

Mas Rida, supervisi 
Temen ngobrol waktu lembur. Makasih udah share pengalamannya mas.

Mas Aji, supervisi
Makasih banget buat mas Aji yang rela direpotin maghrib-maghrib buat nganterin bahkan bawain barang segala. Nyetirnya yahud deh,bisa nyelip-nyelip. Maaf ya kalo rada jutek, maklum lagi panik.

Teh Desi, staf HRD
Walopun Cuma sempet ngobrol dijam makan siang tapi quality time banget. Dari teh Desi aku bisa menembus keabu-abuan.

Pak Nanang,Pak Kun,Pak Udin,Early,Mba Eka,Dian,Taufik,Dita,Mbak Nani,Mbak Wulan,Mbak Arili,Akang,Pak Toro,Pak Dadang,Pak Ulung,Risfan,dan semua yang nggak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk kebersamaan dan pengalaman yang berharga. 



Hidup itu tentang pilihan, yang pada akhirnya akan membawa kita pada satu keadaan yang harus kita jalani sebagai akibat dari pilihan tersebut.



3 Jun 2013

Random

Seperti biasa, sore kemarin saya asyik scrolling timeline twitter lewat smartphone. Secara nggak sengaja dapat info kalau sedang ada pameran X-Tra buku di XT Square Jogja (ex terminal Giwangan). Spontan saya langsung ganti baju dan menuju TKP. Untuk event-event semacam ini, saya nggak pernah merasa aneh kalau datang sendirian. Beda dengan event pameran baju atau komputer, ada perasaan canggung kalau jalan sendirian.

Oke, kembali ke cerita pameran ;)
Begitu sampai, saya agak kaget. Kok sepi sih. Acara bedah buku di halaman luar hanya dihadiri beberapa gelintir orang. Biasanya kalau ada acara semacam ini di Jogja, suasananya selalu ramai. Atau karena ini bukan weekend ya, pikir saya ber-prasangka baik. Ya, sutralah, saya lanjut masuk ke area pameran buku. Keliling-keliling, nggak banyak penerbit yang join. Mana nggak nemu buku yang nyantol di hati pula T.T.

Aneh kalau harus pulang dengan tangan kosong, akhirnya saya meluncur ke Togamas Kotabaru. Haha, ujung-ujungnya juga ke Togamas juga :D

Wahh, berasa bahagia banget ngliat buku yang udah saya baca reviewnya di goodreads. Tapi , berhubung budget terbatas saya cuma nyomot 2 buku ini :



Walaupun udah nggak niat beli yang lain, saya masih tetep muter-muter liat-liat. Terus terkesan sama bukunya Emha Ainun najib (Cak Nun) : 



Allah begitu sabar terhadap manusia, cinta dan romantisme-Nya tidak berdasarkan kekuasaan belaka. Allah pun mempunyai rasa memiliki terhadap manusia. Dengan setia Allah tetap menerbitkan matahari tanpa peduli apakah manusia mensyukuri atau tidak. Allah tetap memancarkan cahaya matahari tanpa memperhitungkan berbagai pengkhianatan manusia terhadap-Nya. Allah berpuasa dan menahan diri-Nya agar tidak satupun bala musibah menimpa manusia.

Oh, rasanya kayak ditampar banget. Betapa seringnya diri ini lalai untuk bersyukur. Rasanya masih jauh sekali untuk bisa mencapai surga-Nya. Tabungan amalan yang saya kumpulkan seumur hidup  saya kurangi sendiri dengan melakukan hal-hal (secara disadari ataupun tidak) yang dilarang oleh-Nya. Benar-benar nggak sebanding.

Kalau diingat-ingat diri ini lebih banyak merisaukan diri sendiri, merisaukan hal-hal yang duniawi. Bukan-bukan berarti saya mengatakan kita tidak boleh berpikir tentang dunia tapi sesuatu yang kita lakukan didunia harus berorientasi pada kehidupan setelah dunia.

Buat teman-teman yang berdomisili di Jogja pasti kenal dengan stasiun TV lokal Adi TV. Di stasiun Tv tersebut ada acara yang digawangi oleh Cak Nun. Judulnya Macapat Syafaat, yang tayang setiap hari Kamis jam 19.30 . Di salah satu episode yang pernah saya tonton ada kata-kata Cak Nun yang sekali lagi menampar saya. Kurang lebih inti kalimatnya seperti ini :
Saya bermimpi, ada di depan pintu surga. Malaikat  menahan saya di depan pintu surga. Padahal selama di dunia saya sudah menyerahkan diri saya untuk mengabdi pada umat (masyarakat).
Yang ada dibenak saya, kalau manusia sekelas Cak Nun yang telah melakukan banyak untuk masyarakat (manusia yang bermanfaat bagi lingkungan) saja masih tertahan di depan pintu surga, bagaimana dengan saya?
Semoga saya, anda, dan kita semua bisa sama-sama mengambil pelajaran dari ini semua. Amin

Cerita di balik nama


Kali ini saya mau cerita nih sejarah di balik pemilihan nama blog ini “Coventional Naa”
Mungkin agak telat ya saya baru cerita sekarang karena sebenarnya blog ini udah dibuat sejak tahun 2008. Tapi lebih baik telatlah daripada tidak sama sekali J

Waktu itu sempat bingung banget mau pilih nama apa. Hal yang pasti ada di benak saya waktu itu adalah bikin nama yang eye catching tapi tetep punya makna. Setelah semedi di pojokan kamar akhirnya saya memutuskan menyematkan “Naa” . “Naa” diambil dari nama panggilan saya “Ana”. Entah kenapa saya memang lebih suka orang memanggil saya dengan suku kata Na dibandingkan An. Ya walaupun memang ada beberapa teman yang memanggil An. Tapi kalau dipanggil Na, rasanya lebih sreg dan ada kedekatan batin gitu. Selain itu, “Naa” juga diambil dari Naacheta, sebuah nama yang saya cipta dan reka-reka sendiri.  

Naacheta terbentuk dari kalimat : Ana punya cita-cita
Dan sekali lagi, demi terlihat eye catching saya buat kata cita (harapan) à cheta
Maka jadilah naacheta , haha

Walaupun ada yang bilang nama itu alay tapi saya suka. Belakangan ada kan ya, penyiar berita di salah satu stasiun TV swasta yang namanya Senandung Naacheta. Serius, saya nggak ikut-ikutan mbaknya itu ;D

Terus saya mikir lagi, agak aneh kalau judul blognya “Naa” doang. Akhirnya saya semedi lagi dan ketemulah kata conventional (re:konvensional). Menurut saya, kata tersebut sangat menggambarkan pribadi saya yang ‘lempeng’.
“Pribadi dengan kepribadian konvensional merasa senang dengan struktur. Individu ini menyukai sebuah kegiatan dengan rutinitas. Ia berpikir secara sistematis dan konsisten dengan perencanaan yang dibuat.”
Jadi karena memang tujuan awal blog ini sebagai tempat saya cuap-cuap tentang hal-hal yang berhubungan dengan diri saya, CONVENTIONAL NAA memang cocok untuk mewakili content yang ada di dalamnya.

2 Jun 2013

A short letter for my younger me.


Dear me...

Kuputar kembali memoriku untuk merasakan kehadiranmu.
Sejenak, aku seperti berjalan mundur, menghitung langkah yang telah kau buat.
Disini aku ingin berterima kasih kepadamu untuk semua harapan,impian, dan cita-cita yang pernah kamu rangkai yang membuat hidupku terasa lebih hidup.
Terima kasih atas pilihanmu terhadap lingkungan dan teman yang baik.
Jika saja itu tidak kamu lakukan mungkin aku tidak akan merasakan kehadiran mereka  dalam hari-hariku saat ini.

Maaf jika kemudian secara perlahan aku mulai mengikis harapan,impian, dan cita-cita yang dengan susah payah kamu rangkai.
Realistis membuatku hanya mampu mempertahan sedikit sekali dari rangkaian panjang yang pernah kau buat.
Maaf jika aku mulai merasa lelah berjuang dan menganggap kehidupan ini begitu pelik dan melelahkan,
padahal begitu banyak masa-masa sulit yang berhasil kamu lalui hingga mencapai apa yang kamu ingini dan menghantarkanku di titik ini.
Seharusnya aku perlu mengingat baik-baik setiap langkah usaha kerasmu dan sepatutnya terus menatap kedepan dan melanjutkan langkah yang kamu mulai.

1 Jun 2013

Receh For Book(s) 2013


Hasil dari blogwalking, nemu challenge yang diadakan oleh Maya @Dear Readers. Tanpa pikir panjang, saya ikutan aja. Mengingat selama ini saya punya kebiasaan suka ngumpulin uang recehan gitu. Biasanya sih kalau udah ke kumpul banyak, saya plester-plester jadi 10 (10x100=1000 ; 10x200=2000 ; dst) terus saya tukerin ke ibu buat kembalian. Seharusnya sih ngumpulinnya dari Januari kemarin karena judul challenge kan emang Receh For Books 2013 tapi nggak papa deh ya walau udah pertengahan tahun. Yang penting kan niatnya.

Buat yang berminat juga buat join challenge ini, baca dulu peraturannya :

1.      Kumpulkan uang receh dari Januari-Desember
2.      Jangan dihitung sampai akhir tahun 2013
3.     Setelah semua uang terkumpul, belikan buku yang kamu inginkan/bukunya dihadiahkan ke orang lain
4.      Kalau mau ikut, bikin posting mengenai challenge ini di blog masing-masing (tidak harus blog buku) kemudian masukkan linkdari postingan kamu di mr.linky J
5.      Pasang banner Receh for book(s)






(pengen) Join Blogger Buku Indonesia



Hallo apa kabar? 
Lama syekalee sejak postingan terakhir ya, pada kangen nggak? (minta digampar ;p)

Banyak banget peristiwa yang sudah terjadi dalam hidup saya. But life must go on. Dari kesalahan-kesalahan yang pernah saya alami, saya belajar untuk tidak lagi terjatuh dalam lubang yang sama. Sedangkan untuk hal yang baik ya tinggal dilanjutkan.

Udahan deh serius-seriusannya. Mau lanjut cerita aja. Cerita kalau sekarang saya lagi galau. Tenang, bukan cerita galau masalah cinta ala anak jaman sekarang kok (ketauan umurnya kan?hehe). Penyebab galaunya itu karena saya pengen banget bikin blog baru yang spesifik seputar buku biar bisa join ke komunitas Blogger Buku Indonesia (BBI). Disana ada banyak event-event seru. Info-info diskonan buku dan kadang ada acara kopdar sesuai domisili. Kan enak tuh bisa nambah temen. Hmm,tapi saya tuh orangnya mood-mood-an. Dua blog saya aja sempet mati suri (blogspot ini dan satu lagi di tumblr). Padahal kalau join di BBI harus konsisten untuk posting. Kalau nggak, bisa-bisa saya di depak dengan tidak hormat sama para suhu di BBI. 

Awal mula keinginan saya ini sebenarnya bermula dari hobi gentayangan saya di blog-blog para reviewer buku untuk sekedar cari info tentang buku yang lagi nge-hits atau buku-buku bagus buat dibaca. Samapi akhirnya saya terdampar di blog salah seorang temen SMA saya, Lulu. Ternyata dia join sama BBI ini. Terus saya jadi kepo deh BBI tuh apaan. Aduh, durhaka banget ya, ngaku suka baca buku tapi nggak kenal BBI. Yah, sampai akhirnya saya makin pengen setelah ngublek-ngublek halaman BBI dan berkunjung ke anggotanya secara random. Seru aja bisa ketemu sama orang-orang yang sehobi.

So , sampai detik ini saya masih bingung kira-kira bisa nggak ya saya terikat komitmen. Saya pikir mateng-mateng dulu ya ;)


ini beberapa koleksi pribadi saya, sebagian besar sudah saya sumbangkan ke komunitas baca dan saya cemplungin ke kotak buku di perpustakaan kota

14 Feb 2013

#8 Come Back : Ibuk.

Ibu adalah orang yang sangat berpengaruh dalam hidup saya. Saya nggak tahu apa jadinya saya tanpa ibu. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya saya sangat mencintai beliau.

Ibu saya mempunyai sebuah pondok rumah makan bernama "Pondok Soto SKA", nama yang disematkan ayah saya yang merupakan singkatan dari SoKAraja. Tidak terlalu besar tapi sudah lumayan cukup berkembang sejak pertama kali usaha ibu dirintis sekitar 7 tahun yang lalu. Meski namanya pondok soto tapi pondok ibu juga menyediakan siomay dan gado-gado. Dulu sebenarnya ibu juga menyediakan nasi rames tapi karena sering dicibir tetangga disekitar tempat ibu berjualan yang berjualan serupa akhirnya ibu berhenti menyediakan nasi rames. Maklumlah masakan ibu saya dinilai lebih enak dan higienis. Saya pernah bilang biarin aja, namanya juga persaingan usaha tapi ibu menolak melanjutkan karena kita harus berbagi rezeki dengan orang lain. Pikiran ibu saya memang sangat sederhana dan tidak materialistis.

Pada dasarnya ibu memang suka memasak. Rasanya hampir semua jenis makanan beliau bisa. Waktu masih kecil saya juga jarang jajan karena ibu selalu membuatkan makanan atau camilan untuk anak-anaknya. Selain lebih murah yang pasti lebih terjamin kebersihannya.

Sebelum akhirnya ibu memutuskan untuk membuka pondok soto SKA, ibu pernah menjajal berbagai macam usaha. Mulai dari jual brownies, es kacang hijau, tas benang,dan kerudung. Jiwa wirausaha ibu memang luar biasa. Katanya ibu ingin punya kegiatan yang bisa diteruskan bersama sampai nanti kalau ayah saya sudah pensiun. Intinya ibu nggak mau nanti setelah pensiun ayah saya nganggur dimasa tuanya karena banyak cerita teman-teman seprofesi yang terserang stroke dan berbagai macam penyakit karena merasa "kaget", yang semula sibuk luar biasa kemudian tidak ada kegiatan sama sekali.

Pondok makan ibu punya pelanggan-pelanggan yang setia untuk mampir bahkan hampir setiap hari. Pun ketika ibu sempat sakit di tahun 2008 (hampir satu tahun), banyak pelanggannya yang menanyakan dan memberikan motivasi. Mereka adalah pekerja kantoran, mahasiswa, ibu-ibu yang tidak masak, pensiun dan berbagai macam kalangan. Ibu hampir mengenal semua pelanggannya satu persatu meskipun dari hari ke hari pelanggannya bertambah banyak. Kadang kala ada pelanggan yang datang tidak hanya untuk sekedar membeli tapi sekaligus untuk berbincang atau bahkan curhat. Ibu saya memang punya sisi nyentrik yang tidak dimiliki semua ibu-ibu.

Tanpa disadarinya ibu sudah menerapkan strategi marketing yang pernah saya baca dibuku-buku teks book. Bedanya, saya sekedar tahu teori sementara ibu langsung saja praktek karena beliau memang tidak sempat menikmati pendidikan sampai jenjang yang tinggi. Tapi rasa-rasanya universitas kehidupan yang menuntun ibu menjadi sosoknya yang sekarang. Benar kata pepatah, pengalaman adalah guru terbaik dalam kehidupan.